An article that I wrote for Detik.com's assessment test.
Writing news article is one of the things that I NEVER did. I was a job seeker and luckily got the opportunity to do an interview and several applicant assessments for Detik.com. With only 2 hours of deadline, I have to write an inspiring news articles abut the life of ojol or taxibike driver. It was late at night, I happened to hang out with super kind and inspiring drivers at Blok M, Jakarta. n the middle of the city that never sleep, those faces and that one particular night will be forever stored in the back of my mind. With some warm gorengan and a cup of hot coffee, here goes one of the story that I heard that night...
Jakarta - Menjadi tulang punggung keluarga tidaklah mudah. Untuk mencukupi segala kebutuhan keluarga, seorang kepala keluarga sekaligus tulang punggung harus bekerja ekstra demi orang-orang tersayang. Kadang, satu pekerjaan belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Asep Supriyana adalah seorang ayah dengan tiga anak. Pria kelahiran Surabaya, 17 September 1970 ini sudah lama menetap di Jakarta bersama keluarganya. Membesarkan ketiga anaknya yang masih kuliah di SMA dan SMP membuatnya harus bekerja lebih ekstra. Pria murah senyum dan suka bercanda yang akrab disapa Asep ini adalah seorang driver Grab sekaligus penjual gorengan.
Wajahnya yang ramah membuat orang tidak menyangka bahwa Asep adalah seorang pekerja keras yang pantang menyerah. Ia membesarkan ketiga anaknya seorang diri, istrinya telah lama meninggal saat anak terakhirnya lahir. Dengan bantuan anak pertamanya, Asep membuka usaha gorengan untuk mengisi waktu luangnya agar tidak terbuang sia-sia.
“Kalau sedang istirahat di rumah, saya jual gorengan agar waktunya tidak terbuang hanya untuk istirahat saja. Sebisa mungkin saya dapat penghasilan tambahan, walaupun dengan jadi driver saja saya bisa memenuhi target harian.” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Senin (10/02/2020).
Asep memulai kegiatannya sebagai driver Grab pada pukul 07.00 WIB setelah menyiapkan adonan dan bahan-bahan gorengan, lalu pulang ke rumah untuk istirahat sekaligus menjaga gerobak gorengannya sekitar pukul 16.00 WIB sampai dagangannya terjual habis. Saat dagangan sudah habis, Asep kembali menjadi driver sampai lewat tengah malam.
“Setiap hari alhamdulillah saya bisa mencapai target penghasilan perhari. Biasanya kalau penghasilan lancar, saya gunakan untuk membelikan keinginan anak-anak, seperti tas atau sepatu. Kalau tidak menjual gorengan, penghasilan hanya bisa untuk bertahan hidup dan bayar SPP saja. Untuk memenuhi keinginan anak supaya senang terus harus bekerja ekstra,” ujarnya.
Asep mengaku tidak pernah bosan menjalani kesehariannya. “Selama jadi driver, saya betah karena banyak teman untuk ngobrol, walaupun kadang lelah. Kalau saat jaga gerobak gorengan, ada anak saya yang bantu. Jadi, nggak pernah merasa kesepian dan sedih,” tutur Asep.
Asep merasa kesehariannya sudah cukup membuatnya senang. Support dari sesama driver yang sering membeli gorengannya juga mendorong Asep untuk terus bekerja keras. Karena kedekatan dan solidaritasnya dengan teman- teman seprofesi, Asep bahkan menamai usahanya dengan nama pangkalannya, yaitu Gorengan KBJ. Meski sibuk, pekerjaan menjadi driver Grab dan penghasilan tambahannya membuka gerobak gorengan sama sekali tidak membuatnya ingin menyerah demi anak-anaknya.
(Somehow got accepted for the job because of their story. Beyond thankful for Detik.com, if it's not because of you, I will never experienced this!)